picture by freepic.com
Sudah lebih dari setahun kami menikah tapi Allah belum mengaruniai kami dengan seorang anak, dan mulai juga pertanyaan demi pertanyaan itu muncul, ya apalagi kalau bukan tentang anak. Kita yang awalnya santai mulai mengusahakan segalanya, dari konsultasi dengan tante (kebetulan beliau seorang dokter spesialis kandungan), lalu cek kondisi saya dan suami. Semua kami usahakan demi kehadiran seorang anak. Saya sendiri percaya bahwa itu semua sudah skenario dari Allah. Di Alquran juga sudah dikatakan, Allah berfirman "Akulah yang memberi anak kepada siapa saja yang Ku kehendaki". Saya dan suami pasrah saja, tapi kata pasrah disini adalah kami tetap berusaha semaksimal mungkin.
Hari-hari kami lalui seperti orang pacaran. Saat hari biasa dia sibuk bekerja, suami saya sendiri adalah seorang techlead yang meng'handle project besar di kantornya jadi hari-harinya sibuk dan juga sering pulang telat. Belum sampai situ saja kadang jika sudah sampai rumah masih dilanjut dengan project sampingannya membuat aplikasi untuk beberapa client yang mebuat dia begadang sampai tengah malam.
Tiba akhir minggu sabtu-minggu aktifitas kita pasti kaya orang pacaran kebanyakan, apalagi kalau bukan "nongkrong". Entah memburu film terbaru di bioskop atau sekedar jalan dan "nongkrong" di coffeshop atau juga sibuk menjelajah tempat tujuan yang belum pernah kita datangi sebelumnya.
Baca juga :
Pacaran setelah menikah itu memang lebih nikmat, segala sesuatu yang kita lakukan menjadi ibadah yang berladang pahala. Katanya sebagai seorang istri cukup mengikuti semua aturan agama dan nurut sama suami aja sudah menjadi ladang pahala besar untuknya, apalagi kalau lebih dari itu semua? Saya sendiri merasakan semua perbedaan itu. Dulu sebelum menikah tidak pernah sekalipun saya pagi-pagi berkutat di dapur memasak untuk menyiapkan perbekalan buat siang di kantor atau menyiapkan sarapan sendiri. Setelah menikah semua seperti menjadi otomatis saya lakukan, kalau sampai tidak memasak untuknya, rasanya seperti berdosa membiarkan suami tidak diperhatikan. Tapi jika sampai demikian itu biasanya dikarenakan saya memang sedang kurang enak badan, dan alhamdulilah diapun mengerti kondisi saya.
Kunjungi juga channel youtube saya
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Video : Youtube/ Catatan Anita
Suami pada dasarnya memang tidak menuntut banyak, suka lakukan tidak suka maka tidak perlu dilakukan. Tapi memang adakalanya dia menginginkan diperlakukan layaknya suami pada umumnya yakni dibuatkan makanan spesial oleh istrinya untuk makan siang. Saya yang tidak pernah memasak sebelumnya dan jarang pegang dapur, setelah menikah otomatis membuat saya belajar sedikit demi sedikit bagaimana cara membuatkan masakan untuknya.
Yang jelas pernikahan itu sendiri adalah suatu bentuk penyatuan dua orang anak manusia yang sama-sama memiliki tujuan yang sama, yakni ketenangan hidup. Karena dengan menikah mereka merasa tenang lahir batin, karena kelebihan dan kekurangannya di lengkapi oleh satu sama lain dan sama-sama berniat menuju kesempurnaan ibadah. Adanya pernikahan membuat sebuah pasangan merasakan kedamaian hidup yang seutuhnya, dimana didalamnya ada proses penyesuaian untuk saling menghargai, menyayangi dan komitment untuk setia sampai mati.
Gak jarang makanya dijumpai bukan pasangannya yang bermasalah tapi lingkungan sekitarlah yang memberikan masalah kepadanya keduanya. Baik tentang masalah ekonomi, lingkungan sekitar, kehidupan bersosialisasi dan terutama tentang anak dan permasalahannya.
Kalau bisa dibilang saya dan suami menyikapi kondisi yang kami alami ini dengan sersan (serius tapi santai). Kami yakin semua akan datang pada waktunya. Mungkin saat rumah yang kami beli beberapa bulan sebelum nikah itu sudah ready dan siap huni, mungkin saat apa yang saya rintis sekarang sudah berdiri mandiri, mungkin saat pekerjaan suami sudah lebih santai dan sudah tidak perlu sering telat pulang sampai rumah, mungkin di saat kami yang dipandangaNYA secara lahir dan batin memang sudah SIAP. Entah itu kapan, tapi kami percaya semua memang sudah di atur waktunya kapan.
picture by freepic.com
Pacaran setelah menikah adalah kondisi yang saat ini kami nikmati dengan indah. Positif thinkingnya kalau sudah ada anak tidak mungkin saya bisa ikutan berlibur ke beberapa pulau di akhir minggu, kalau sudah ada datangnya anak gak mungkin saya bisa berjam-jam duduk di coffeshop, kalau adanya kelahiran penghuni baru gak mungkin saya bisa nonton dibioskop dan sibuk hunting film terbaru dan yang lagi populer di bioskop setiap minggu daan kalau sudah ada anak gak mungkin saya dan suami suka pulang malam berpacaran seperti anak ABG lagi di sabtu malam. Semua dinikmati saja, nikmati apa yang bisa saya nikmati hari ini, semua sudah ada dalam skenario Allah. Manusia wajib berusaha Allah yang menentukan bukan ? Saya sendiri bukannya santai saja, tapi tetap berusaha tapi dengan cara menikmati semua moment indah ini dulu saja.
Kalau saya gak pernah merasa down itu bohong, perasaan itu pasti ada. Tapi saya dan suami selalu berusaha semaksimal mungkin berfikiran positif akan hal itu. Sepertinya masih banyak hal positif yang bisa didapatkan dengan kondisi ini, selain memikirkan hal tersebut. Kondisi pacaran setelah menikah dengan belum memiliki anak ini kadang membuat kita lebih dewasa menyikapi semua hal yang masuk. Memang saya dan suami pasti ada saja moment beda pendapat, tapi kita berusaha untuk memilih sikap lebih bijak menyikapi dengan ikhlas.
Kalau bisa dijabarkan mungkin pacaran setelah menikah menikah punya kelebihan seperti ini :
1. Saya bisa konsentrasi masak di pagi hari untuk suami (untuk bekalnya di kantor),
2. Saya masih bisa menikmati jam tidur yang normal seperti pada umumnya karena belum terganggu dengan tangisan si kecil di tengah malam
3. Saya masih bisa pacaran kapanpun dan dimanapun saya mau dengan suami tanpa haru memikirkan bagaimana dengan si kecil (karena memang belum ada)
4. Saya bisa dengan santai berjam-jam di depan leptop mengurusi bisnis yang sedang saya rintis
5. Saya sangat punya banyak "me time" di saat santai
Dan masih banyak kelebihan-kelebihan lainnya yang mungkin ya kalaus sudah ada kehadiran si kecil akan tidak mudah menghadapinya. Allah sudah mengatur semuanya, Allah tau mana yang terbaik buat saya, dan selalu rencana Allah lebih baik daripada rencana manusia.
Beberapa waktu lalu pun saya mendapat carita dari kerabat dekat, kalau sebelumnya mereka pun tidak langsung punya anak setelah menikah, kurang lebih 3 tahun setelah pernikahan mereka baru mempunyai anak. Beberapa ceritanya membuat motifasi kepada diri saya sendiri bahwa mungkin ini semua sebuah ujian, ujian kesabaran dariNYA. Yang entah gak kapan semua doa akan dikabulkan. Kembali kepada ceritanya, setelah 3 tahun masa pernikahan mereka pun diberikan anak bahkan kembar, bukan itu saja tapi kembarnya sepasang perempuan dan laki-laki. Subhanallah, itulah cara Allah menjawab semua doa-doanya, Amazing bukan? kesabarannya membuahkan hasil yang manis, kesabaran memang tidak mudah, kesabaran bahkan cenderung pahit rasanya, tapi hasil kesabaran itu sungguh sangat mengagumkan. Itulah janji Allah, dan saya makin percaya akan semua apa yang dikehendaki Allah. Selalu berpositif thinking atas semua yang dihadapi dan semua akan manis pada waktunya. Ini cerita saya, bagaimana cerita kamu ?
Baca Juga :
Kunjungi juga channel youtube saya
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Video : Youtube/ Catatan Anita
Post a Comment