Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Ikut gabung dikomunitas ini sama sekali gak ada nyeselnya. Meskipun di awal sempet ragu, tapi setelah tahu secara detail ternyata saya gak salah pilih dan gak salah ikut join ke komunitas TDA ini Depok (Tangan Di Atas). Komunitas ini, sudah profesional dan banyak membantu dengan sharing tentang pengalaman mereka yg sudah sukses kepada enterpreneur baru yang juga sukses menjalani bisnisnya.
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Baru banget gabung eh pas banget ada informasi mengenai seminar enterpreneur yg akan di gelar di Code Margonda. Seminar yang pertama berlangsung kamis, tgl 15 Maret 2018, mengangkat tema "Nurturing Branding And Design For UKM". Tema ini sangat mewakili bagi pada enterpreneur yang baru memulai bisnisnya. Jadilah yuk cus langsung datang ke DTC - lantai paling atas tempat code margonda berada.
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Sesi pertama di isi oleh Hendryanto Miror - Creative Director Colav. Darinya banyak di paparkan mengenai branding yang sangat penting di mata publik. Brand itu berbeda dengan Branding. Menurutnya dalam sebuah produk kita harus memiliki brand barulah brand tadi di branding. Ini seperti seseorang yang sejak lahir sudah punya nama, identitas diri, karakter, dan mempunyai ciri. Jadi bisa dibilang Branding adalah sebuah jati diri, identitas, persepsi, atau penilaian orang mengenai sesuatu objek. Dan jika itu adalah produk anda, maka produk itu harus memiliki ciri khas atau keunikan tersendiri yang membedakan dengan produk lainnya.
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Jadi Brand itu bisa di katakan adalah irisan dari identitas dan persepsi.
Dengan Branding anda bisa mengkomunikasikan produk yang anda miliki dengan orang lain. Contohnya jika produk jualan anda adalah permen, makan logo, design atau brand anda gak mungkin kan menyertakan gambar pria berotot. Yang paling mungkin adalah gambar kartun lucu atau teletubis di dalamnya yag tentunya cocok dengan karakter anak-anak. Dalam segi pewarnaan juga akan di ambil warna yang cerah bukan yang gelap. Hal ini akan tentunya akan memberikan dampak pada penjualan produk anda tentunya terutama konsumennya anak-anak.
Branding yang bagus maka akan perspektif positif pula kepada orang yang meilhatnya.
Contohnya dengan naman "Apple" perspektif orang akan brand ini adalah : mahal, elegan, high class, kualitas bagus, dan branded. Padahal yang di dalamnya ada aja orang yang menggunakan Operating System Windowns juga. Artinya sebuah branding itu sangatlah menjual. Orang rela beli berapapun harganya asalkan brandnya memang sudah di akui masyarakat.
Contoh lainnya, mobil Avanza. Mereka yang sudah sangat percaya dengan brand itu dan pasti akan beli produknya meski harganya sudah melambung tinggi. Padahal ada mobil lainnya ada yang kualitasnya lebih bagus kualitasnya, harga lebih murah tapi karena barandnya kurang menjual di mata masyarakat indonesia akhirnya kurang diminati. Dan lagi-lagi masalahnya karna sudah fanatik, maka orang tetap beli dan pakai apa yang dia sudah percayai.
Pengalaman membuktikan saat mendatangi stand mobil tersebut, yang katanya sejuta rakyat saat mengecek seri terbarunya dan kita mengatakan apa yang berubah pak? Ada sedikit dibeberapa bagian eksterior dan interiornya. Oh gitu aja pak? dan salesnya pun mengatakan "tapi ini kan Avanza mas mba" Jreeng...., kamipun untuk sesaat sepakat dengan alasan sales tersebut. "Okay.."
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Sedangkan menurut pemaparan pak Sabar Situmoran - Founder Rocket Indonesia baginya branding tidaklah penting. Sebuah branding hanya akan membuat siksa kubur (bahasa yg nyelene tapi cukup membuat mak jleb). Ya orang saat ini banyak yang keracunan sama yang namanya branding, merek-merek terkenal itu sungguh racun. Apalagi brand luar negri yang sekarang udah membabat pasar dalam negri, sehingga gak jarang pasar dalam negri sangat kewalahan.
Branding yang di pasaran adalah produknya tetapi di tangan pak sabar, branding itu adalah dirinya sendiri, bagaimana dia bersikap dan melayani client secara profesional, tulus dan ikhlas.
Pak Sabar bercerita tentang pengalamannya merebut pangsa pasar di jakarta. Pak Sabar mulai berjualan dari kuliah semester 5 di bandung, beliau menjual pin atau bros dengan lambang fakultasnya di kampusnya. Lalu berani ke jakarta juga untuk menawarkan pin dari kampus ke kampus. Apakah dia pintar membuat pin, jawabannya adalah tidak. Beliau mem'fotocopy logo, atau lambang kampus tersebut lalu mendatangi tempat percetakan dan beliau meminta dibuatkan persis seperti itu. Jalannya untuk ke jakartapun tidak mudah.
Orang bandung yang mau ke jakarta, apalagi mau memasuki dunia per'Mall'an di jakarta sangatlah tidak mudah. Saat beliau ingin mendaftar untuk buka toko di PIM, beliau harus memberikan info history bahwa tokonya pernah ada di mall lainnya di jakarta sebelumnya kalau tidak begitu pihak management mall tidak akan memberikan tempat. Dari sanalah beliau akhirnya mengontrak toko di mall blok m untuk setahun pertama, guna mendapat izin kontrak mall di kawasan elite seperti di PIM, CP, Kemang Village, Senayan City.
Jangan salah untuk kontrak selama 5 tahun, pak sabar harus merogoh kocek yang sangat-sangat dalam. sekitar 3-5 Milyar. Harga itu sangatlah pantas mengingat mall-mall tersebut memang untuk kalangan menengah keatas. Lika liku perjuangan telah ia hadai selama 25 tahun berdagang sebagai pebisis offline. Sampai saat ini barangnya tidak ada yang dijual online, karna beliau menganut paham berjualan offline lebih banyak manfaatnya dibanding dengan online. Dengan jualan offline beliau banyak mendapat ide dan banyak berkenalan dengan customer-customernya. Dapat liat langsung tingkah laku pembeli dan menganalisanya agar jualannya bisa terus berkembang sesuai keinginan pasar.
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Apa aja sih yang dijualnya ? berawal dari jual kaos baju, kini pak sabar juga menjual berbagai macam aksesoris, sepatu dan segala hal yang unik-unik, yang lagi demam, lagi kekinian dan ia rajin mengikuti perkembangan berita. Contohnya saja pak sabar dengan ide kreatifnya menjual kaos yang bertemakan tentang pilpres, sepak bola dan kondisi apapun yang lagi nge'trend saat ini. Disitulah keunikannya. Beliau juga tidak kenal menyerah, melakukannya segalanya sendiri. Dengan senang hati pak sabar sering men'tratement artis-artis yang sewa bajunya jika sedang berada di luar kota beliau selalu melakukannya sendiri tanpa asisten. untuk men'service mereka agar mereka puas dengan jasa dan pelayanan yang diberikan pak sabar.
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Picture : Dokumen Pribadi/ Anita Komal Sari
Dari ini kita mendapat banyak sekali ilmu yang pak sabar terapkan pada bisnisnya ke usaha yang kita rintis ini. Kita harus pantang menyerah dalam mengembangkan bisnis. Kalau pak sabar melakukannya dnegan 1 on 1. Tulus, ikhlas menjalankan bisnis dari dirinya sendiri yang mengerjakan semuanya sampai sebesar sekarang ini. Sedangkan dari penjelasan pak Hendryanto sebuah barang harus detail cara membrandingnya. Karena bagaimanapun juga brand adalah bagian dari produk yang merepresentasikan suatu barang. Yuk lebih teliti lagi dalam hal yang satu ini, jika bukan dirimu sendiri maka kamu harus merepresentasikan produkmu lebih baik lagi. Semangat Enterpreneur, Yess!
Baca Juga :
Post a Comment