Tepat satu tahun mama meninggal di tanggal 12 Januari 2020, rasanya baru kemarin saya mengalami ini semua. Semua momen itu masih teringat jelas. Dimana saya harus pulang ke jakarta dengan tujuan rumah sakit Fatmawati. Ke bandara di antar ayah ibu mertua, lalu naik pesawat malam sendirian dan menangis sendiri dalam pesawat. Dimana biasanya perjalanan yang cuma ditempuh 1 jam 15 menit itu saya habiskan hanya dengan tidur tapi saat itu saya habiskan dengan menangis.
Ya semua seperti cepat berlalu, mama yang telah tiada meninggalkan kami semua. Dan jujur saya pribadi masih sulit menerima, tapi masih mencoba ikhlas karena ini sudah takdirnya. Banyak pelajaran yang saya dapat dari semua ini. Dengan apa yang telah saya katakan di masa lalu seperti jadi kenyataan. Entah itu benar atau tidak, saya berusaha untuk taubat dan tidak mengulanginya lagi. Tidak lagi mengatakan hal-hal aneh saat marah dan mengambil pelajaran yang sangat berarti. Kalau dunia ini hanyalah sementara. Semua kemewahan dan gemerlap dunia adalah omong kosong, karena ketenangan batin adalah mendekat kepadaNYA dan tujuan hidup adalah mencari ridho Allah.
Seperti pada umumnya hubungan anak dan orang tua, pasti ada saja yang terjadi. Senang sedih semua menjadi satu. Baik satu suara maupun beda suara, ini semua menjadi hal yang lumrah karena kita beda otak dan cara berfikir seiring waktu berjalan. Meskipun hubungan ini adalah anak dan ibu. Memang buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohon, tapi dalam hal berfikir pasti ada saja yang berbeda. Dan itu kadang saya alami sendiri.
Mama dan kenangan, menjadi hal yang gak akan terlupakan sampai kapanpun, bahkan sampai saya mati. Semua ajarannya, didikannya menjadikan saya seperti sekarang ini. Tentang menjadi seorang wanita, seorang istri, mengelola dapur dan rumah tangga. Ya semua bisa dikatakan saya dapatkan dari mama. Mama yang gak pernah minta macem-macem, di akhir-akhir hidupnya sering saya abaikan, karena saya dan suami sedang sibuk sendiri berusaha mewujudkan keinginannya salah satunya yakni mempunyai cucu. Tiada hal lainnya dalam pikirannya adalah tentang saya yang belum mempunyai anak. Perasaan sedihnya juga kadang membuat saya tidak enak, tapi saya seperti tidak bisa berbuat apa-apa karena semua adalah kehendak Allah, dan manusia hanyalah bisa berusaha saja.
Ya kami berdua berusaha sabar dengan tidak berhenti ikhiar. Salah satunya sampai di titik melakukan proses bayi tabung. Ketika berita gembira itu hadir di tanggal 7 september 2019 dimana saya di nyatakan positif hamil dengan kadar beta HCG tinggi mama sangatlah senang. Tapi ketika hal sedih di beberapa minggu kemudian itu di dengarnya, hatinya hancur. Saya mungkin tidak melihatnya secara langsung saat itu, karena masih di Gresik, tapi cerita bapak mengenai kesedihannya sangatlah menggambarkan apa yang terjadi di sana. Hatinya hancurnya sama seperti ku di kala itu, tapi sayapun berusaha bangkit untuk mereka yang lebih rapuh, orang tua kami.
Sosok mama buat saya pribadi yang tegar, meski kadang sulit ditebak. Tapi saya tahu betul mama mau saya dan adik-adik seperti apa. Mama pribadi yang sederhana, yang cuma mau segalanya teratur, kehidupan kami baik dan gak neko-neko. Terlihat dari pengalaman dulu, saat kami sekeluarga terpuruk ekonominya di momen saya masih duduk di bangku sekolah pertama, bapak harus kehilangan pekerjaannya. Tapi mama masih setia mendampingi bapak, terus mendukung dengan caranya, dan terus menjaga ibadahnya terutama ibadah sunnahnya.
Beliau selalu memikirkan saya dimana saya adalah anak pertama dalam keluarga maka sangat diharapkan bisa maju dan sukses. Saya yang di paksa harus kuliah dibanding kerja, sedangkan keuangan sedang tidak memungkinkan. Saya yang paling diharapkan bisa menjadi kebanggaan keluarga, di saat para tetangga memandang sebelah mata & acuh kepada keluarga saya, bahkan tak jarang juga bersikap sinis, dikarenakan bapak yang habis kena PHK.
Perilaku mereka seperti cambukan yang menyakitkan tapi malah membuat saya bersemangat ingin membuktikan bahwa saya bisa, keluarga saya tidak sehina pandangan orang. Karena kami memang tidak pernah mengusik orang. Ibaratnya, mendingan makan nasi pakai garem daripada harus ngutang ke warung atau ke orang lain. Ada gak ada ya makan aja yang ada. Gak perlu protes. Dan mama bilang, makan ya seadanya. Padahal buat saya sudah cukup kok ma ini semua.
Bapak yang sebegitu keras mencari nafkah agar saya lancar kuliahnya. Mama yang membantu dengan berdagang sembako di area rumah kami, semua demi perekonomian keluarga kami jalan terus. Buat saya mama menjadi sosok yang mengispirasi, kegigihannya menjadikan saya sukses sangatlah saya lihat. Meski mama mengajari kami dengan caranya yang kadang tidak mudah kami terima, tapi mama adalah malaikat buat saya. Karena mama mengajari saya dari saya gak tau menjadi tau, mengajarkan saya tentang kemandirian, keberanian menghadapi dunia.
Ya, di saat masalah menghadapi saya tak sungkan bercerita kepadanya apapun itu. Seperti layaknya anak-anak wanita lainnya yang ketika dirumah pastilah curhat segalanya kepada ibunya, saya pun demikian. Jadi mama tau betul saya ini anaknya seperti apa di matanya. Teman yang dikenal bisa datang dan pergi ketika saya sekolah, kuliah dan kerja dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya. Tapi mama selalu setia mendengarkan ocehanku tentang keluhan saya di manapun saya berada.
Kami bertukar pikiran dan bercerita tentang kondisi lingkungan rumah, tetangga mana yang menikah apa aja yang terjadi belakangan ini dan cerita lainnya, semua itu hanya di dapur. Ya area dapur menjadi area favorit kami bercerita kalau sabtu atau minggu pagi dahulu. Saya beberes bersih-bersih rumah, dan mama memasak. Masakan mama matang dan saya yang cape kelaperan habis bersih-bersih langsung dengan cepat melahap apa yang mama masak. Selalu seperti itu ritualnya saat saya sebelum menikah.
Terkadang saya flash back ke memory yang dahulu, sepertinya masa-masa itu seperti wasiat ya. Kenapa mama tiba-tiba kasih wejangan nanti sebagai seorang istri harus gini gitu ya nit, padahal waktu itu saya masih single. Kenapa mama bilang, mama minta itu ya nit, nanti kalau kamu udah nikah juga mama gak minta ini itu kok. Kok rasanya aneh ya, kenapa mama bisa bilang begitu, dan memang saat ini kalau di pikirkan, apa yang mama bilang kemaren itu kok malah jadi kenyataan. Iya bener ma gak akan minta ini itu lagi, karena mama sekarang udah pergi ninggalin kita semua.
Kalau bicara mengenai mama, rasanya susah air mata ini kalau gak ngalir. Entahlah, begitu banyak memori itu dan rumah depok itu memang identik denganmu ma.. teh manis yang di suguhkan saat saya dan suami main ke rumah, sudah setahun ini tiada lagi. Dan itu akan menjadi selamanya. Sedih ya masih, tapi saya kembali beristigfar untuk tidak meratapi apa yang menjadi ketetapan Allah SWT. Allah yang punya kehendak, kita dari Allah dan akan kembali ke Allah.
Post a Comment