Picture : Pexels.com/ keegan checks
Kondisi pandemi membuat orang banyak dirumah. Melakukan banyak hal dari rumah. Jadi rumah seperti dituntut harus nyaman dan aman buat para penghuninya. Dimana ini sangat berbeda dari kehidupan saya dulu waktu masih single. Saat dirumah ortu, waktu menikmati dirumah kebanyakan hanya di malam hari saja untuk tidur, beristirahat dari seharian ngantor.
Saya dulu seperti cewek jakarta pada umumnya yang kehidupannya habis di jalan,, berangkat pagi pulang malam, begitu saja seterusnya dari senin sampai jumat, dan itu sudah saya lakukan dari lulus kuliah sampai beberapa bulan setelah menikah. Menikmati rumah hanyalah di sabtu dan minggu saja. Kalau sabtu juga pakai keluar rumah, maka hanya hari minggu saja yang bisa sepenuhnya di dalam rumah. Tapi kini saya sebagai istri dari suami saya, seperti telah mengubah gaya hidup dan kebiasaan saya dulu yang jarang dirumah, karena sebagai cewek kantoran yang memang notabene habis waktu di luar.
Kunjungi juga channel youtube saya
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Video : Youtube/ Catatan Anita
🌵Bersama Mama,
Rumah kini buat saya memiliki makna yang berbeda. Kadang males dengan dunia luar, yang setia menemani adalah kehangatan rumah. Dulu waktu masih tinggal dengan ortu, ruang favorit saya dengan almarhum mama ada di dapur, disana kami biasa bercerita banyak hal. Mama yang masak dan saya membantunya meski sekedar potong cabe atau nguleg sambal, kami bercerita dan share berbagai hal. Tapi kini dapur rumah mama seperti sudah dingin ditinggal ratu pemilik rumah. Tidak ada kehangatan masakan mama seperti dulu lagi. Mama yang selalu masak setiap hari dan banyak waktunya dihabiskan di dapur kini sudah tiada lagi.
Setiap sudut rumah pasti punya cerita. Kehidupan masa kecil yang sangat mengena di memori, kalau di ingat seperti candu dan ingin kembali. Tapi waktu gak akan bisa terulang. Memori yang ada akan selalu mengenangnya sampai kapanpun. Gimana dulu suka duka keadaan dalam rumah itu jadi bagian dari hidupku saat ini, aahhh... jadi makin kangen mama.
Harapan, doa-doa baiknya selalu di tujukan ke saya kala itu dimana saya adalah anak pertama dari empat bersaudara. Yang tahu posisi jadi anak pertama pasti tahu perasaan ini. Menjadi contoh bagik adik-adik, menjadi ujung tombak harapan dari sekian banyaknya doa yang di panjatkannya, menjadi keinginan terbesarnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi, menjadi sukses dunia akhirat dengan segala permohonannya di tengah malam kepada Allah subhanahuata'ala.
Baca juga :
🌵Tentang Rumahku
*Sekilas tentang kami dulu sebelum menikah,
Ngebahas tentang rumah saya, dulu kami beli tahun 2015 sekitar bulan februari atau maret, masih jauh dari bulannya kami akan menikah. Kami menikah tahun 2015 oktober. Masih jauh bukan. Jadi seharusnya fokus kami di tabungan untuk menikah, lah kok malah berani-beraninya belli rumah.
Memang yang kata orang, "kalau sudah niat mau nikahi anak orang, pasti ada saja rezeki dan jalannya." Dan itu beneran lho!! Hal itu terjadi di kami, selama persiapan nikah uang itu seperti ngalir masuk terus ke rekening si calon suami ini, yang sekarang jadi suami saya. Kalau saya tanya, dulu sebelum kenal saya gimana, apakah begini juga. Katanya, enggak tuh, krik krik gitu, jangankan tawaran projek, dana masuk aja gak pernah ada selancar ini. Wah berarti bener dong ya, dengan apa selama ini saya dengar!!
Picture : Pexels.com/ catherine augustin
Rumah ini kami beli dengan tipe bangunan 54 dan luas tanah 120, dibeli karna salah satunya suami naksir nuansa yang dibawakannya adalah perumahan islami, selain itu juga memang sedang ada diskon gede-gedean, dikarena memang sedang pembangunan tahap pertama. Jangankan keberadaan rumah contoh, areanya saja masih di ratakan dengan bulldozer. Gak bisa kebayang kan kayak gimana itu sebenernya penampakan rumah aslinya. Beneran akan di bangunin rumah gak sih, ya Allah semoga bukan penipuan, ya gitu deh pernah berfikir gitu, tapi langsung saya abaikan pikiran negatif ini. Dan akhirnya alhamdulillah si developer beneran bangun apa yang sudah di rancang sebelumnya.
Gak pernah sebelumnya kebayang kalau rumah yang kami beli, sekarang ini sudah berubah design belakangnya dan sudah naik ke atas, alias menambah ruangan di lantai atasnya. Meski sebelumnya gak ada niat, alias rencana awalnya hanya pindah dapur kini tanah sisa di belakang rumah ini sudah full bangunan.
Pada tahun pembelian sampai berjalan sekian tahun kesini, tadinya belum ada rencana renovasi besar-besaran. Karena masih ada urusan di belakangnya yang masih kami harus selesaikan dulu. Membuat urusan rumah ini saat renov terkesan dadakan. Dan itu terjadi, niatnya hanya mau pindah dapur saja, malahan keseluruhan di renov dan yang utamanya jadi hampir terlupakan.
Saat baru pindah ke rumah baru ini di tahun 2017 lalu pun barang - barang yang kami beli itu suka mengabaikan masalah ukuran. Jadi ada aja yang kebesaran dan kelebihan ukurannya. Penempatannya juga kayak cuma azas cocok-cocokan aja. Sudut mana yang oke, yaudah taruh aja disitu. Design jadinya ya suka-suka aja. Apalagi ruangan juga terbatas, jadi harus pintar-pintar kelola barang. Mana barang yang sudah gak guna, sebaiknya ya dikeluarkan aja. Karena jangan sampe ruangan yang terbatas ini hanya menjadi ruang tumpukan barang yang gak guna.
Picture : Pexels.com/ huy phan
🌵Metode Decluttering
Rungan yang terbatas memang harus pintar dalam mengelola barang-barang yang ada. Sama kayak lemari pakaian, kalau ada yang baru sebisa mungkin harus mengeluarkan pakaian lama yang sudah gak mau di pakai. Dan itu wajib (menurut saya), kalau tidak lemari yang ada gak akan bisa lagi memuat barang-barang baru tanpa mengeluarkan barang lama sebelumnya.
Selain penataan barang, saya juga seperti di tuntut pintar dalam mengelola sampah atau barang yang sebenernya sudah gak guna tapi masih ada di dalam rumah. Kadang decluttering itu memang penting ya. Selain bikin rumah jadi bersih dan rapih, metode ini mampu membuat rumah teratur dengan barang-barang yang benar-benar kita butuhkan saja.
Decluttering menurut populix.co adalah, upaya untuk menyingkirkan barang-barang tidak terpakai di rumah. Tidak berarti membuang seluruh barang yang terlihat berantakan, decluttering artinya menyortir dan memilah barang agar rumah tampak lebih rapi serta teratur.
Kalau menurut saya metode ini juga bisa dijadikan aktivitas healing di dalam rumah, dengan kegiatan ini rumah kita jadi lebih sehat dan bisa mengatur rumah dan barang-barang di dalamnya dengan lebih baik. Karena rumah yang sehat adalah rumah yang tidak banyak menampung barang-barang yang sebetulnya sudah tidak di pakai atau digunakan lagi. Sehingga penghuninya bisa bebas bergerak. Bukan harus dibuang, tapi kita harus bisa menyortir dan mengelompokkannya atau bisa juga untuk di donasikan kepada yang membutuhkan. Contohnya seperti pakaian layak pakai, boneka, buku dan barang-barang lainnya yang bisa dinilai sendiri itu sebenernya butuh atau gak sih. Kita hanya perlu berfikir mana yang paling kita butuhkan bukan inginkan dari diantara sekian banyak barang yang kita dimiliki.
Memang kegiatan beli barang itu menyenangkan tapi kita juga harus memahami, barang yang kita beli itu sebenarnya keinginan atau kebutuhan ya. Trus apa ada tempat buat menaruhnya. Ini tuh penting gak sih. Dari situ kita akan tahu sebenernya kita itu hanya karena nafsu belanja atau memang beneran butuh. Nah jika kita sudah tahu, otomatis kedepannya kita akan lebih bisa menjaga nafsu belanja lebih baik lagi. Karena pada akhirnya barang - barang yang kita beli itu nantinya akan kita kelola sendiri. Baik penempatannya, penggunaannya dan nasib akhirnya.
Picture : Pexels.com/ tom swinnen
🌵Gimana caranya untuk mengaplikasikan metode ini ?
1. Niat
Niat itu harus kuat, apapun halangannya kita harus bisa melakukan pembedahan barang-barang dalam rumah dengan teratur. Semboyannya rumah nyaman, penghuni senang. Nyaman bergerak, nyaman di kantong, nyaman untuk tinggal hanya barang-barang yang di perlukan saja.
2. Siapkan kantong besar/ kotak box
Dari sekian banyak barang yang dimiliki jika itu menduplikasi dengan sangat parah maka wajib di relakan salah satunya. Pikirkan saja masih banyak orang yang membutuhkan di luar sana. Dan akan lebih bernilai kalau kita ikut berbagi untuknya. Kalaupun masih belum bisa merelakan setidaknya sudah ada niat untuk memilah dan memilih mana barang yang masih kita butuhkan dan tidak dan taruh saja di sudut ruangan tertentu untuk kapan akan benar-benar mengeluarkannya atau memang belum dulu.
3. Usahakan Rutin
Setiap ada barang baru datang, apapun itu harus bisa merelakan barang lama. Jadi decluttering tidak harus menunggu barang lama menumpuk sampe kesulitan cari tempat baru, tapi dengan ada barang baru saja sudah jadi sinyal kalau kita perlu lakukan perampingan isi rumah atau lemari dalam waktu dekat ini.
Baca juga :
4. Jadwalkan per area
Bukan area jabodetabek ya maksudnya, tapi lebih ke ruangan dan sudut mana saja yang mau diberesin. Kalau hari ini koreksi isi lemari, lain hari bisa dapur, tempat laundry, ruang tamu, atau bagian rumah lainnya yang memang sekiranya memang harus diberesi. Dari situ akan tahu apa saja barang yang harus dibenahi. Kalau isi lemari tentu aja keseluruhan pakaian, kalau dapur tentu saja yang berhubungan dengan peralatan masak dan perintilannya. Selanjutnya kamu pasti tahu sendiri mana yang seharusnya sudah keluar dari rumah dan mana barang yang tetap di simpan.
5. Lebih bijak dalam membeli barang
Kalau sudah sering melakukan decluttering, bahakan dijadikan suatu keharusan yang baik. Seiring waktu berjalan insya allah hasrat beli barang yang gak terlalu penting akan bisa di tahan. Itupun harus disertai dengan niat ya. Karena kalau masih belum berubah ya akan sama saja kedepannya. Barang yang di kelola dengan baik keberadaannya juga masih bisa memenuhi kebutuhan dari penggunaannya sehari-hari. Makanya ada yang bilang "kalau beli barang harusnya mikir dulu, bukan dipikirnya pas di akhir setelah beli". Jadi kalau mau beli sesuatu, mesti ingat rak dapur masih ada ruang gak, ruang lemari pakaian masih ada tempat buat menaruhnya gak, dinding rumah apakah gak terlalu sesak kalau masih harus di tambahin lagi barang pajangan di dalamnya.
6. Decluttering bukan berarti harus beli barang baru untuk kemasi barang lama
Jangan modus! niat awal buat koreksi barang, eh malah beli barang baru. Kotak box lah, keranjang barulah. Ini sih namanya gak bener ya. Decluttering bisa pakai wadah apa saja, kotak kardus bekas paket yang lumayan besar ukurannya juga bisa, atau kresek besar yang seadanya juga bisa. Karena ini untuk sementara dan selanjutnya entah akan dibuang atau di donasikan atau bahkan di taruh dulu di gudang, jadi tidak perlu ada pengeluaran dulu sebelum membereskan yang ada.
Kunjungi juga channel youtube saya
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Video : Youtube/ Catatan Anita
Post a Comment