Suka sebel gak sih dengan orang-orang yang bersikap atau berperilaku negatif disekitar kita? Padahal kitanya sudah menjaga perilaku, tapi ada aja orang-orang dengan sikap toxic ini meracuni hati dan pikiran kita. Kitanya sudah dalam atmosfir positif vibes, eh tiba-tiba ada aja yang meracun. Kesel dan dongkol ya pastinya.
Dunia memang gak seindah yang di filmkan dalam drama, happy ending ever after. Kadang bingung bingung sendiri, ini tuh sebenernya kitanya yang suka tersinggungan atau memang orangnya yang buruk hati? Kitanya yang sudah hati-hati tapi kok ada aja orang dengan seenak hatinya ngomong atau berperilaku yang gak asik.
Kunjungi juga channel youtube saya
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Video : Youtube/ Catatan Anita
Saya sendiri kadang merasa kebahagiaan tersendiri kalau sudah di dalam rumah, berteman dengan barang elektronik dan sejenisnya. Sepertinya lebih damai dibanding keluar ketemu dengan orang-orang yang perilakunya kadang sukan bikin kesal. Tapi nyatanya manusia gak bisa gitu, kita juga butuh yang namanya sosialisasi, ya karena manusia adalah makhluk sosial. Butuh yang namanya teman ngobrol, yang sefrekuensi, dan bertukar pikiran. Ya syukur alhamdulilah kalau memang cocok tapi kalau ketemunya yang bikin sebel, ya mau gak mau harus di hindari daripada bikin penyakit hati. Disinilah pentingnya kita dalam menjaga hati, agar selalu menjadi orang yang positif vibes yang selalu bisa lebih tenang dalam setiap keadaan.
Seperti pengalaman saya yang baru-baru ini terjadi, saat pesan driver online dari rumah menuju stasiun gambir membuat saya sanagt bersyukur alhamdulilah pas turun sampai stasiun dengan selamat. Gimana enggak, driver ini semenjak saya naik mobil, sampai menuju stasiun driver gak berhenti-hentinya kepo semua hal tentang saya, suami, anak, rumah, penghasilan, dan detail banget nanyanya. Buat saya ini sangat amat mengganggu dan saya kategorikan toxic. Kenapa? Satu, karena dia itu adalah orang asing, kedua, gak penting banget bertanya yang terlalu detail seperti itu. Jujur saja, enggak ada satupun tetangga saya di sekitar lingkungan tempat tinggal yang berperilaku demikian. Kita saling menghormati tanpa kepo banget tanya hal yang hal yang kurang pantas saat ketemu.
Picture : Pexels/ Engin akyurt
Sayapun sudah menjawab dengan setengah hati, tapi si bapak driver ini masih saja bertanya ini dan itu. Mungkin penumpang lain suka ya ngobrol ngalur ngidul. Tapi itu tidak dengan saya. Ah rasanya perjalanan sore ini lama sekali dengan driver yang sikapnya mengganggu. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 1.5 jam membuat saya seperti seabad di dalam mobil saat itu. Memang si bapak sepertinya sudah tua, umurnya sekitar 50-60 tahun tapi setidaknya attiitude juga dijaga kalau penumpang tidak mau ngobrol, yasudah gak usah di tanya-tanya lagi. Apalagi jawabnya juga singkat-singkat aja. Kurang peka dan sangat mengganggu privasi saya sebagai penumpang.
🌵Kenapa itu terjadi?
Kembali ke pembahasan kenapa sih orang menjadi toxic, saya coba rangkum berdasarkan yang saya tahu dari pengalaman hidup.
1. Dari latar belakang yang juga toxic kehidupannya
Rata-rata orang yang gak dipungkiri dari kondisi keluarga sangat amatlah berpengaruh. Tentang siapa saja yang ada dalam hidupnya, siapa yang mendidiknya, siapa yang berbicara dengannya, siapa yang mendoktrin pikirinnya, akan sangat berperan penting dalam pembangunan akhlak setiap orang. Pengalaman itu adalah proses, sedangkan hasil adalah menjadi apa kita hari ini. Bagaimana orang-orang yang ada disekelilingnya lah yang memupuk sejarah dalam diri seseorang. Itulah mengapa ia menjadi seperti ini hari ini. Jika ia punya latar belakang yang kurang terdidik maka yang usah bingung ia menjadi pribadi hari ini yang toxic (plus punya penyakit hati seperti iri, dengki, hasad). Semua yang ada di matanya adalah hal negatif. Yang tentu kamu tahu sendiri kualitasnya. Makanya ada yang bilang "memilih temen itu penting, karena siapa yang akan menjadi temanmu, seperti itulah dirimu nanti."
Picture : Pexels/ David garrison
2. Lingkungan dan circle yang kurang membangun
Jika punya temen tukang minyak wangi otomatis kita ikutan kena wanginya, jika punya temen pengedar narkoba tentu saja, cepat atau lambar kita ikutan juga nyicipin bahkan ikutan ngedarin. Nah punya temen soleh, pinter, berakhlak, meski kita ini biasa aja, cepat atau lambat kita akan mengikuti kebiasaan temen kita. Jika hanya bahasa-bahasa kasar di lingkungan yang kita denger setiap waktu, meski kita adalah anak soleh dari keluarga beriman, cepat atau lambat pasti kita juga akan ikutan mengucapkan kata-kata kasar itu. Bahkan yang tadinya bilang astagfirulloh itu gampang jadi kelu di lidah karena lebih enak ngomong kasar atau melaknat ke orang, parah bukan.
3. Kurangnya wawasan, jadi kurang attitude
Memilih pertemanan itu penting, sepenting memilih jenis makanan apa yang akan kita makan. Kalau setiap hari makan pedas otomatis kita akan kena masalah pencernaan. Apalagi kalau salah pilih temen, bukannya jadi orang bener yang ada kita sengsara. Boro-boro bisa jadi contoh adik-adiknya yang ada sudah ribet sendiri dengan hidupnya. Itulah pentingnya memilih teman. Berteman dengan orang sukses yang soleh akan membuat mata kita terbuka, wawasan bertambah, dan insya allah jadi punya bekal dalam meniti kehidupan yang tidak mudah. Jadi jika merasa kamu selama ini di lingkungan yang kurang membangun, maka "move on and moving out".
Kalau sudah di titik ini rasanya gak mudah menyadarkannya. Tapi bukan orang muslim namanya kalau tidak membantu teman yang salah dan segera diluruskan. Perkara ia gak suka, atau gak mau, yasudah. Intinya kita sudah membantu menyadarkannya. Toxic jika sudah mendarah daging memang susah disadarkan. Bukan hanya ucapan verbal tapi tindakan, jika sudah toxic sudah sangat mengganggu orang lain. Hanya hidayah Allah yang mampu menyadarkannya.
5. Pendidikan yang sangat berpengaruh
Buat saya pribadi tingkat tingginya pendidikan memang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Tapi tidak bisa mengubahnya 100%, karena biar bagaimanapun selain pendidikan seperti pendidikan di dalam rumah dan circle pertemanannya lah yang membuat seseorang menjadi pribadi yang saat ini. Ada saja orang berpendidikan tinggi S1 atau S2 tapi perilakunya seperti anak yang gak pernah dapet pendidikan sopan santun dari keluarganya, atau parahnya ada juga yang bersikap seperti preman di pasar. Sangat disayangkan bukan, berpendidikan tapi nol akhlak. Hal ini jelas membuktikan bahwa akhlak itu dibangun di dalam lingkungan keluarga dulu baru di sekolah. Makanya ilmu agama bilang, "adab dulu baru ilmu".
Picture : Pexels/ Andrea piacquadio
6. Kurangnya pengalaman hidup yang berkualitas
Jika anak setiap hari tahunya cuma nonton film, main games gimana ia akan menjadi pribadi baik yang ngerti akan tugas-tugas rumah? Jika setiap hari orang tuanya hanya bisa kasih sayangnya dengan memberikan fasilitas dengan uang, tanpa ada waktu quality time dengan anak, gimana anak akan dekat dengan orang tuanya dan berbakti kepada mereka saat besar nanti. Saya rasa orang-orang dulu yang dirumahnya tanpa pembantu dan memberdayakan anaknya untuk membersihkan rumah itu sangatlah bagus, karena anak di ajarkan tanggung jawab mulai dari kecil dan diumur sedini mungkin. Karena pengalaman-pengalaman yang kesannya recehan inilah yang sebenarnya saat besar nanti akan berguna untuk kehidupannya kelak. Perhatian orang tua, dan wejangannya sangat anak butuhkan dibandingkan dengan yang lainnya.
7. Tidak ada tokoh penting yang dalam visi misinya
Setiap tujuan hidup pasti gak jauh-jauh dengan yang namanya tokoh penting. Dalam keluarga tokoh penting itu adalah orang tua, jika anak merasa orang tuanya tidak kompeten untuk dijadikan panutan, maka anak akan mengambil tokoh panutan itu dari orang lain. Syukur-syukur yang dijadikan panutan mereka adalah orang baik yang soleh tapi bagaimana kalau sebaliknya? sangat disayangkan bukan. Yang ada malahan mereka tersesat dan amburadul kehidupannya. Pendamping seperti orang tua memang seperti wajib selalu menjaga anak dalam kondisi dan situasi apapun. Karena jika lengah sedikit tempat itu akan di ambil orang. Hal inilah yang menjadikan pribadi setiap anak yang bertumbuh menjadi oran dewasa itu sehat atau tidak mentalnya.
8. Kurangnya ilmu agama
Saya sangat menyadari kalau basic ilmu agama sangat amatlah penting bagi setiap kehidupan. Karena ilmu agama islam telah mengaturnya sampai sedetail detailnya. Jangankan ilmu tentang hubungan antar sesama manusia, saat kita ke toilet aja itu ada aturannya. Timbulnya dosa dikarenakan kurangnya iman, dan kurangnya iman dikarenakan kurangnya ilmu. Ilmu agama yang sangat amat sedikit membuat kita bertidak tanpa tahu itu berdosa atau tidak. Jika kita tidak mementingkan aturan agama, akhlak dan tata krama dulu terhadap sesama, maka siap-siap saja akan menjadi pribadi toxic yang arogan.
9. Adanya lingkaran setan
Toxic membuat semua orang terganggu, sikap, perilaku dan semua hal tentang toxic akan meracuni lingkungan sekitarnya. Alangkah baiknya jika kita bisa berfikir dulu sebelum bertindak, berfikir dulu sebelum bikin status, berfikir dulu sebelum bertanya kepada orang asing. Dan segala halnya memang ada aturannya, ada sopan santunnya dan ada tata kramanya. Jika ingin di senangi orang, jangan bersikap toxic, jika ingin tidak lagi melakukan hal-hal yang toxic, mulailah dari diri sendiri, lalu jauhi pertemanan yang membuat toxic hati dan pikiran. Toxic bermula dari hati, lalu di iyakan pikiran dan di keluarkan melalui mulut dan perilaku. Jadi jika hati kita baik, tentu saja sikap dan perilaku kita juga akan baik, tapi jika sebaliknya yang ada malahan mengeluarkan racun kepada sekitar. Kamu pilih yang mana?
Post a Comment